Pages

Senin, 06 April 2015

Kerinduan Deta



Jujur aku tak kuasa,
Saat terakhir kugenggam tanganmu

Namun yang pasti terjadi
Kita mungkin tak bersama lagi...
Bila nanti esok hari
Kutemukan dirimu bahagia
Izinkan aku titipkan
Kisah cinta kita..
Selamanya..
Hembusan angin yang begitu kencang membuat Deta pecah dari lamunannya. Ia terkenang kisah masa lalunya. Masa lalu yang membuatnya tenggelam dalam kesunyian.
~~~
            “Irfan, tunggu gue !”
            “Ya, buruan deh lo. Lama amat. Bareng gak?”
            “Iya dong, My Bos” canda Deta kepada Irfan.
            Irfan, lelaki yang selalu ada untuk Deta. Mereka mengerjakan tugas bersama, menggalau bersama, tertawa bersama, suka duka hidup mereka hampir mereka lalui bersama.
“Yaudah, nih pake dulu helm gue.”
            “iye-iye.”
“Udah naik?”
“Udah bos, berangkaat!” perintah Deta.
            Semua mereka lalui bersama. Maka tak wajar, jika Deta ternyata menyimpan rasa pada Irfan yang selama ini selalu ada untuknya. Tetapi bagaimana dengan hati Irfan? Hanya dia yang tahu. Irfan tergolong pria yang pendiam, mudah mengontrol diri, dan teguh pendirian. Sifat-sifat itulah yang membuat Deta jatuh hati padanya.
~~~
            “Hujan, nih. Kita duduk di toko itu dulu yuk.” Tawar Irfan.
            “oke”
            “dingin banget, gila.”
            “yaudah sini lo pake jaket gue aja.”
            “lah, elu?”
            “udah yang penting lo aman dulu.”
            “Makasih, Fan” ucap Deta dengan tersenyum.
            “Sama-sama, santai aja. Udah buruan dipake.”
            Setelah hujan mulai mereda, mereka meneruskan perjalanan mereka untuk pulang. Tentu saja, hari itu merupakan hari yang indah bagi Deta. Sang pujaan hatinya merelakan jaketnya untuk dipakai olehnya. Tentang perasaan ini, hanya Deta yang tahu. Deta-lah seorang yang mengerti bahwa Irfan adalah sang pria pengisi hati dan namanya ada di tempat terindah di hatinya.
            Begitu banyak kenangan yang mereka lakukan. Mulai dari pulang bersama, hangout bersama, belajar bersama, dan masih banyak hal tak terlupakan yang mereka lakukan bersama. Tetapi, status mereka tidak lebih hanyalah seorang teman.
            Tetapi, semua berubah. Suatu hari Irfan tidak menawarkan Deta untuk pulang bersama. Ia acuh tak acuh ketika berpapasan dengan Deta. Sungguh berbeda. Semua terlihat sangat abstrak. Sebenarnya, ada apa dengan Irfan?
            Sudah sebulan Irfan seperti ini. Deta pun tidak berhak melakukan apa-apa. Ya, itu semua kembali kepada ‘mereka hanyalah sebatas teman’. Irfan semakin menjauh. Dengan wajah lesu, Deta menuntun sepedanya keluar dari parkiran sekolah. Ia pulang sendiri. Ia melewati tempat yang sering mereka lewati ketika pulang, tempat warung baso di mana mereka sering mencurahkan cerita-cerita mereka yang melelahkan, ya, itu kenangan. Deta-pun memutuskan untuk bersegera pulang karena langit terlihat mendung.
            Setelah ia sampai rumah, ia masuk ke kamar. Ia menggeletakkan tubuhnya. Ia teringat Irfan. Tanpa disadari, air mata Deta menetes. Ia masih tidak mengerti apa sebab Irfan melakukan ini semua. Tiba-tiba, Devi, teman Deta menelepon Deta.
            “Ta, lo harus tau ini berita penting”
            “Apa?” jawab Deta dengan sesenggukan.
            “Si Irfan, Ta. Dia sama si Salma. Dia nembak Salma”
            Tanpa disengaja, handphone Deta terjatuh. Air mata Deta semakin deras. Ia merindukan semuanya. Kisah indah bersama Irfan, nama yang ada pada tempat terindah di hatinya. Deta hanya bisa membatin ‘Fan, Jaga hatimu ya. Tunggu aku di sudutnya.’
Sedang apa dan di mana
Dirimu yang dulu kucinta
Ku tak tahu, tak lagi tahu
Seperti waktu dulu
Apakah mungkin, bila kini
Ku ingin kembali
Menjalani,
Janji Hati kita...
            Deta sudah siap melupakan kisah indahnya. Ia bak karang yang diterjang ombak. Tekadnya untuk melupakan Irfan sudah membaja. Deta sadar bahwa hidup akan terus berjalan, dan ia tak mungkin berlarut-larut dalam keterpurukan. Deta harus semangat menjalani kenyataan yang tak selalu indah.
            Cinta tidak selalu indah, terkadang cinta berakhir pahit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Images by Freepik